Selamat Datang sobat
muda Indonesia yang cantik-cantik dang ganteng-ganteng… Perkenalan dulu yuk,
kami adalah 4 cewek-cewek asli Indonesia yang sedang melakukan studi atau tugas
sosiologi untuk mewwancarai salah satu komunitas yang berada di kota Malang. Kita
simak bersama yuk……
Tanggal
19 januari 2014, kelompok kami pergi ke Car Free day untuk melakukan wawancara
kepada salah satu komunitas yang ada di tempat tersebut. Pukul 06.30 kelompok
kami yang beranggotakan Claudia, Cindy, Arin, dan Cella sepakat untuk berkumpul di depan museum
Brawijaya. Setelah kami semua berkumpul, awalnya kami bingung ingin
mewawancarai komunitas apa karena disana banyak sekali komunitas-komunitas yang
unik dan seru. 30 menit telah berlalu
dan kami masih mencari-cari komunitas yang kami anggap cukup unik dan seru.
Akhirnya singkat cerita kami menemukan komunitas yang kami anggap unik. Komunitas
tersebut adalah komunitas malang Break in.
Awalnya komunitas ini
di bentuk oleh seorang dancer b-boy bernama Arif Setiabudi. Mas Arif sendiri
adalah seorang dancer yang cukup terkenal di kalangan B-boy di Indonesia.
Mungkin banyak orang yang memandang Mas Arif ini dengan sebelah mata, karena Ia
tidak memiliki bentuk fisik yang sempurna layaknya orang-orang pada umumnya.
Namun Ia mampu membuktikan kepada orang-orang bahwa Ia dapat melakukan hal yang
dilakukan oleh orang-orang biasa, bahkan orang-orang yang memiliki bentuk fisik
yang sempurna pun belum tentu dapat melakukan hal menari atau dance.
Terbentuknya
komunitas ini awalnya tidak sengaja dari acara halal bihalal. Pada tahun 2000,
awalnya mereka hanya beberapa orang dancer b-boy yang sekedar berkumpul untuk
bertukar pikiran, namun lama-kelamaan komunitas ini memiliki banyak pengikut.
Mereka sempat vakum dari dunia dance pada tahun 2007 yang disebabkan oleh
kesibukan masing-masing anggota. Usut punya Usut ternyata mas Arif ini pernah
mengikuti ajang Indonesia Mencari Bakat yang diselenggarakan oleh salah satu
stasiun tv swasta. Sayangnya Ia tidak masuk hingga ke 5 besar.
Namun satu tahun
setelah vakum dari kegiatan tersebut, akhirnya mereka dapat berkumpul kembali.
Awalnya mereka ada yang latihan sendiri-sendiri, namun terkadang mereka berkumpul bersama dan
latihan bersama di Universitas Brawijaya. Kegiatan yang sering mereka ikuti
adalah kegiatan bulanan seperti gathering, battle, dan sharing. Dalam hal mengisi acara di dalam satu
komunitas tersebut, mereka tidak selalu bersama “ngisi acaranya ya tergantung
team masing-masing si” kata Mas Arif.
Ternyata manfaatnya
terbentuknya komunitas Malang break In ini , mereka dapat merasakan kebersamaan
komunitas yang semakin erat, mereka juga mendapatkan wawasan yang baru seputar
gerakan-gerakan b-boy. Syarat untuk menjadi anggota Malang Break In ini
tidaklah sulit. “Yang penting niat belajar b-boy aja, kita pasti terima kok.
Meskipun yang ingin ikut gak bisa nge dance sama sekali” ucap mas Arif saat
menjelaskan kepada kelompok kami. Di
dalam komunitas tersebut tidak ada batasan umur untuk dapat menjadi anggota
komunitas B-boy. Ternyata komunitas B-boy sendiri sudah tersebar di berbagai
penjuru Indonesia seperti di Jogja, Bali, Bandung, dan lain-lain. Setelah
selesai mewawancarai komunitas Malang Break In, kami mendapatkan satu pelajaran
yang berharga bahwa hal sesulit apapun, jika kita mengerjakannya dengan niat
dan sunggug-sungguh ingin melakukannya. Kita
pasti bisa melakukan hal tersebut bahkan melampaui batas orang-orang pada
umumnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bobby Alcander sebagai dokumentasi, terimakasih pula kepada teman-teman yang sudah mendukung kami dalam mengerjakan tugas wawancara ini. Apabila ada ketidaksempurnaan dalam tugas ini, kami mohon maaf.
0 komentar:
Posting Komentar