Pages

Selasa, 22 Oktober 2013

Wawancara : Sang Pemimpi Peraih Mimpi



SUMIARTI
SANG PEMIMPI PERAIH MIMPI


Semangat yang diyakini Sumiarti (58) adalah dasar yang berharga dan utama dalam pencapaian mimpi yang dicita-citakannya. Semangat yang diyakini Sumiarti ini bukanlah semangat lemah . Namun semangat tinggi demi pemberian lebih untuk keluarganya .
Oleh Daniel Nicola

Profil Sumiarti
*Lahir : Malang , Indonesia 27 juli 1955
*Suami : Pardi
*Anak : -Syaiful                    -Arini             -Faizal
*Pendidikan :      -
*Pekerjaan : Pedagang gorengan


Hal yang dirasakan Sumiarti (58) waktu kecil, membuatnya bertekad untuk dapat melakukan hal yang jauh lebih baik terhadap anak-anaknya dan keluarganya .
“Memang saya dari orang ga punya. Tuntutan hidup yang berat dan sulit waktu kecil , membuat saya tak mampu melakukan lebih . Maka dari itu kini saya akan jauh lebih berjuang lagi , agar saya mampu memberikan yang terbaik bagi anak dan keluarga saya , “ kata Sumiarti .
Merubah keadaan hidup adalah hal tersulit yang dialami oleh siapapun juga. Dan Sumiarti paham betul akan persoalan ini . Banyak proses dan rintangan yang harus dihadapi demi mencapai titik puncak yang sulit itu .
Dalam pencapaiannya berbagai usaha telah digeluti Sumiarti . Namun dari berbagai pilihan yang telah dicoba , akhirnya ia memutuskan berdagang adalah cara yang pas dengan dirinya .
Meski dengan modal yang pas-pasan pada waktu itu, Sumiarti bertekad dan optimis bahwa apa yang ia tekuni dapat membawanya pada mimpinya.
Langkah Kedepan
Dengan bermodalkan uang Rp 20.000 , Sumiarti memutuskan mulai tahun 1992 , ia memilih berjualan gorengan sebagai langkah awal menuju impiannya.
Pemilihan gorengan sebagai barang dagangnya , dikarenakan ia melihat pada waktu itu gorengan adalah salah 1 makanan ringan yang cukup digemari oleh masyarakat setempat.
Sumiarti paham bahwa apa yang ia lakukan adalah pertaruan untuk hidup bahkan segalanya . Dia tidak bisa kembali , ia harus melangkah jauh kedepan meski hanya sebatas gorengan .
Diakuinya , awal-awal dalam menjalankan usahanya memang sulit , terjual sedikit saja sudah membuatnya senang daripada tak ada yang terjual satupun dan harus membuangnya bahkan .
“ Pengalaman saya waktu awal memulai usaha ga bisa dijelaskan dengan kata-kata. Tapi saya tak akan pernah menyerah pada keadaan. Saya sudah berjanji untuk memberi lebih terhadap anak dan keluarga saya , jadi saya tak akan menyerah ,“ ujarnya .

Meraih Mimpi
Sulitnya keadaan yang menerpa usaha Sumiarti-pun , tak membuat dirinya gentar . Demi mimpinya itu , ia tidak pernah mengenal kata lelah sedikitpun.
Sumiarti akhirnya memulai resiko . Dengan harga murah dibanding dengan harga gorengan yang lainnya. Namun tetap memberikan kualitas dan mutu yang terbaik pada gorengannya.
Meski dibilang merugi karena dengan menawarkan harga jual yang lebih murah dibanding dengan harga bahan pokok yang mahal . Itu tidaklah membuat Sumiarti bingung , karena inilah strategi Sumiarti untuk memikat pelanggan .
Sedikit demi sedikit namun pasti , itulah Sumiarti dalam usaha meraih mimpinya yang mulai terbuka lebar. Strategi dagangnya mampu mengikat masyarakat dari berbagai kalangan karena rasanya yang enak .
Gorengan yang dijajahkannyapun tak hanya berdiri ditempat . Melainkan ia juga menitipkan gorengannya pada psar-pasar terdekat guna menambah sedikit penghasilannya.
Alhasil kini ia mulai menikmati hasil jerih payahnya selama ini . Seperti pada pertengahan tahun 2004 , Sumiarti berhasil membeli sebuah rumah di Jalan Tapak Siring, Malang,Jawa Timur. Dan saya kira itu adalah pencapaian yang sungguh luar biasa dari usahanya.
Dan tak hanya itu, iapun juga mulai menjawab mimpinya yang lain . Dengan berhasil menyekolahkan ke-3 orang anaknya pada jenjang perguruan tinggi .
Menurut dia , pengalaman masa kecil yang sangat tidak mudah , membuatnya beranggapan bahwa penerusnya kelak harus merasakan kehidupan yang jauh lebih layak daripadanya . Karena ia tidak ingin kepahitan pada masa kecilnya terulang kembali kepada ke-3 orang anak dan keluarganya . Meski sekarang ini persaingan sangat berat pada era globalisasi , ia tetap bertekad akan memberikan yang terbaik pada keluarga dan anak-anak yang ia cintai .
“ Selagi saya masih bisa bermimpi dan bernafas , saya akan terus mencoba

mewujudkannya. Apalagi kerja itukan sebagian dari ibadah, kalau kita mau percaya pasti yang di Atas bakal ngeberi jalan buat kita meraih mimpi mas ,” ujarnya .
Oleh Daniel Nicola XII IPS 1 
 

0 komentar:

Posting Komentar