Nama :
Hendra Surya Lokulisa
Lahir :
Malang,15 September 1958
Istri
: Ida Ratna D (45)
Anak : *Antonico Surya P (20)
*Cynthia
Surya D (17)
Pendidikan : SD
SMP
SMA
Pekerjaan : Pengusaha alat tulis
Oleh
CYNTHIA SURYA DEWI XIIS3/13
Dengan
jerih payah, Hendra Surya (55) sekarang berhasil menjadi pengusaha sebuah toko
alat tulis di Kota Malang.Hal ini tidak diperoleh dengan mudah dan membutuhkan
perjuangan. Berikut ini adalah kisah P.Hendra dalam usahanya membuka sebuah
toko alat tulis.
P.Hendra adalah orang asli dari
Kota Malang. Ayahnya adalah seorang warga China asli yang pergi merantau ke
Indonesia,sedangkan ibunya seorang wanita Indonesia berketurunan tionghoa.
P.Hendra 9 bersaudara dan merupakan anak ke 6. P.Hendra mempunyai 1 saudara
perempuan dan 7 saudara laki-laki.
Hidup mereka saat itu tidaklah
mudah. Ibunya sehari-hari hanya berjualan di pasar. Sedangkan ayahnya seorang
yang pekerjaannya tidak menentu. Setiap hari, P.Hendra dan saudaranya selalu
ikut membantu ibunya atau dengan membantu mengambil air di sumur. Saat
itu,setiap hari P.Hendra juga harus berangkat sekolah dengan adik-adiknya yang
masih kecil.
P.Hendra saat kecil juga harus
menerima kenyataan bahwa ayahnya meninggal saat dia masih kecil karena suatu
penyakit. Hal ini membuat ibunya harus berjuang sendiri dalam memenuhi
kebutuhan hidup anak-anaknya.
Hal ini juga yang membuat salah
satu dari keluarga mereka terpisah sementara. Saudara perempuan P.Hendra harus
terpaksa ikut ke Pasuruan untuk tinggal dengan keluarga saudara ibunya. Hal ini
terjadi karena ibunya yang harus berjuang sendiri dan tidak mampu untuk
mencukupi kebutuhan 9 anaknya.
Tetapi,semangat dan kekompakkan
P.Hendra dan saudaranya sangat baik. Di saat remaja,P.Hendra dan kedua kakak
tertuanya sudah bekerja. P.Hendra sempat bekerja di Kota Batu di toko sepatu
milik salah satu temannya. Saat itu, ia harus bolak balik Kota Malang-Batu.
Sayangnya,usaha ini tidak
berjalan lama. Di tahun ke 5, usaha toko sepatu ini harus ditutup karena
usahanya bankrut. Memang saat itu usaha sepatu belum terlalu dilirik oleh
masyarakat. Tetapi, P.Hendra tidak berputus asa. Beberapa saat kemudian ia
akhirnya bekerja di sebuah pabrik sepatu di area Belimbing di Kota Malang.
Ia bekerja lumayan lama di sana.
Mulai dari bekerja sebagai karyawan,sampai akhirnya menjadi pemimpin produksi.
Hal tersebut diperoleh dengan usaha yang cukup keras. Ia harus rela berpisah
sementara dengan keluarganya. Saat itu,saudaranya yang lain juga sudah bekerja
kepada orang lain.
Setelah lama bekerja di sana,
P.Hendra dipindahkan ke pabrik sepatu kulit di area Tumpang. Saat itu,pabriknya
bernama “Modello”. Ia bekerja di bagian pemimpin produksi juga. Ia dipercaya
oleh atasannya dalam mengawasi dan mengecek hasil produksi sepatu kulit
tersebut.
Di tahun 1992, P.Hendra menikah.
Istrinya berusia 10 tahun lebih muda daripada dirinya. Dan di sela-sela
pekerjaannya, P.Hendra menyempatkan waktu luang untuk belajar ilmu tenaga dalam
di komunitas Kalimasada saat itu.
P.Hendra bekerja selama 21 tahun
di pabrik tersebut. Dan selama itu, ia sudah mengalami banyak pengalaman
berharga. Salah satunya di tahun 2000, P.Hendra mendapat kesempatan untuk pergi
ke China bersama pemimpinnya untuk bertemu dengan pengusaha kulit disana.
Salah satu pengalaman P.Hendra
yang tidak bisa dilupakan, adalah saat itu ia bersama bawahannya sedang
mengunjungi seseorang di sekitar pabrik tersebut. Lalu tiba – tiba orang itu
ternyata kesurupan. Semua orang panic karena tidak tahu cara mengatasinya.
Akhirnya, P.Hendra memberanikan diri untuk menyembuhkan orang tersebut berbekal
dari pengalamannya saat di Kalimasada.
Saat muda dulu, P.Hendra juga
senang travelling. Ia dan teman – temannya sering bersepeda berkeliling kota
ataupun mendaki gunung bersama-sama. Semua itu dilakukan untuk melepaskan semua
penatnya dalam bekerja.
P.Hendra juga
harus menerima kenyataan pahit pula saat mengetahui ibunya meninggal di tahun
2001 karena sakit. Ibunya meninggal di umurnya yang ke 78 tahun. Dengan
kepergian ibunya, P.Hendra berusaha untuk tegar dan terus berjuang dalam
hidupnya. Terkadang, sampai sibuknya P.Hendra juga harus lembur di pabrik
karena tanggung jawabnya terhadap pekerjaannya. Hingga akhirnya, selama 21
tahun tersebut ia merasa harus bekerja sesuatu selain di pabrik.
Karena,pengeluaran keluarga saat itu yang cukup besar, dengan gajinya ia kurang
mampu untuk mencukupi kebutuhan keluargannya.
Hingga berbekal nekat, ia memutuskan untuk keluar dari
pabrik tersebut dan berencana membuka usaha sendiri. Saat itu, P.Hendra bingung
mau membuka usaha apa. Yang menjadi pilihannya saat itu antara membuka toko
alat tulis atau bahan bangunan.
Tetapi,karena sebagian besar kakak – kakaknya sudah
membuka usaha sendiri dan kebanyakan membuka usaha onderdil,alat tulis,
akhirnya P.Hendra memutuskan untuk membuka alat tulis dari saran keluarganya.
Kebetulan, saat P.Hendra muda dulu, ia sempat membantu usaha toko kakaknya
tersebut.
Usaha toko alat tulis ini dibuka di tahun 2005. Saat
itu, memang awal – awal masih belum banyak orang yang mengerti. Tetapi semangat
P.Hendra tidak luntur begitu saja. Dengan mengandalkan promosi mulut ke mulut,
P.Hendra juga mempromosikan tokonya dengan berkeliling di sekitar area toko
tersebut.
Hingga perlahan, toko ini sudah mulai dikenal banyak
orang. Toko ini merupakan usaha grosir jadi banyak pedagang kecil yang
mengambil barang ke tokonya untuk dijual kembali. Barang – barangnya pun
diambil dari toko usaha kakaknya tersebut.
Usaha P.Hendra tidak hanya alat tulis saja. Perlahan, ia
juga membuka fotocopy,dan rokok. Semua ini yang sudah berhasil ia capai
membutuhkan usaha yang gigih dan tidak lupa disertai dengan doa serta dukungan
dari keluarganya. Dari sekilas perjalanan hidup P.Hendra ini yang dapat kita
contoh adalah semangatnya yang tidak kenal lelah dalam bekerja memenuhi
kebutuhan hidupnya.
0 komentar:
Posting Komentar