Pages

Minggu, 27 Oktober 2013

Pendidikan Anak Jadi Prioritas Utama


Hj. Mahmudah 
Oleh Christanty XII IPS 2 / 8
  
Meskipun Hj. Mahmudah (53) tak pernah merasakan masa kuliah, tetapi anak harus punya pendidikan yang tinggi. Kerja keras dari Hj. Mahmudah menghasilkan anak-anak yang sukses. Membuka  toko beras membawa kebanggaan dan kesuksesan bagi dirinya juga kelima anaknya.

Hj. Mahmudah
Lahir    : Malang,Jawa Timur, 8 Agustus 1960
Suami  : H. Poniman
Anak   :
  • Luluk Faridah (guru)
  • Syaiful (wiraswasta)
  • Cholis (dosen)
  • Jamillah (pegawai)
  • Ayus Shaidah (mahasiswi)
Pekerjaan : Pedagang beras
 
            Mulai pukul 03.00 pagi hingga pukul 17.00. Usaha yang dirintis sejak tahun 1970an. Awal usaha beras ini oleh Hj. Mahmudah. Lalu diteruskan hingga saat ini. Keluarga besarnya memang keluarga pengusaha. Hj. Mahmudah mengajarkan ke anak-anaknya untuk bekerja keras dan menghargai uang.
            “Saya hanya lulusan SMA. Keseharian saya dulu membantu ayah ditoko. Teman seumuran saya dulu, belum merasakan sesulit saya. Pagi pukul 02.00 harus bangun. Kalau tidak ,saya tidak boleh makan.” Cerita Hj. Mahmudah.
            Hj. Mahmudah menjadi tulang punggung keluarga. Semenjak suaminya pensiun. Bukan hal yang mudah untuk mencukupi kelima anaknya. Terutama pendidikan.
            Pengalaman hidupnya dulu yang begitu sulit dan disiplin,membuatnya harus bisa mendidik anak-anaknya untuk menjadiorang yang sukses,berguna,bertaqwa dan menghargai kedua orangtuanya. Anak-anak Hj. Mahmudah sangat taat dan hormat.

            Keyakinan Hj. Mahmudah untuk memberikan pendidikan setinggi mungkin keanak-anaknya sangat besar. Apalagi anak-anaknya yang begitu mandiri.

Bersyukur
            Ketika suami Hj. Mahmudah pensiun, itulah awal yang berat untuk beradaptasi. Tetapi Hj. Mahmudah berusaha agar anak-anaknya tak perlu tahu dan memikirkan hal tersebut.
            Hj. Mahmudah belum merasakan kuliah. Dulu, biaya untuk kuliah berarti nanti dan seterusnya tidak makan. Tak ada pilihan lain,maka Hj. Mahmudah meneruskan usaha ayahnya. Tetaoi ia sudah bertekad akan mengutamakan pendidikan bagi anak-anaknya guna kehidupan selanjutnya.
            Anak pertamanya, Luluk Faridah dapat menempuh pendidikan di ITN Malang. Dan tak disangka,anaknya memiliki prestasi yang membanggakan. Waktu sebelum lulus, Luluk Faridah sudah diminta untuk menjadi dosen di tempat kuliahnya.
            Berbeda pula dengan anaknya yang kedua. Syaiful memang hanya lulusan SMA. “Syaiful itu tidak punya niat untuk sekolah, tapi cari uang.” Jelas umi Mahmudah. Syaiful membuka rental mobil dan counter pulsa yang cukup laris.
            Cholis sekarang bekerja dikampusnya sebagai dosen di Universitas Brawijaya. Ini anak umi yang ketiga. Yang telah merampungkan S2. Beberapa waktu lalu,mas Cholis di kirim ke Jepang oleh kampusnya. Rencana akan study S3 disana dengan beasiswa.
            Berbeda pula dengan anak keempat, yaitu Jamillah. Setelah S1 di Universitas Brawijaya kini sudah bekerja di pabrik Sinar Mas, Jakarta. Dan untuk anak yang terakhir, Ayus masih menempuh kuliah di Universitas Brawijaya pula jurusan akuntansi.

Disiplin
            Hj. Mahmudah semakin bangga dengan prestasi anak-anaknya. Walaupun jarang untuk menemani belajar mereka mampu. Sederet prestasi yang diberikan membuat perjuangannya tak sia-sia. Dan berbuah yang tak terkira.
            “Anak-anak saya tidak ikut les atau kursus lainnya. Berkat Allah dan anak-anak saya selalu kerja keras,disiplin waktu belajar. Saya membiasakan untuk terbiasa mandiri.” Jelas umi Mahmudah.
            Hj. Mahmudah selalu mengingatkan anak-anaknya walau sudah pandai jangan ssombong. Lalu jangan mengandalkan kemampuan sendiri. Hj. Mahmudah sangat disiplin untuk masalah sosialisasi dengan tetangga. Semangat anak-anaknya menjadi kebahagiaan tersendiri. Semua kerja keras dapat dipakai dan dimanfaatkan dengan baik.
            Banyak tetangga terinspirasi dengan anak-anak umi. Kini, anak-anak Hj. Mahmudah membuka tempat les. Untuk tetangga sekitar rumahnya. Bila ada tetangga yang tidak mampu ,tidak dipungut biaya. Anak-anak Hj. Mahmudah sangat kompak. Terkadang Hj. Mahmudah kecewa bila waktu untuk bersama itu sedikit.
            Mungkin bila seorang tidak kenal Hj. Mahmudah, hanya seorang penjual beras. Nyatanya melahirkan anak-anak yang hebat. Walau sekarang Hj. Mahmudah menjadi tulang punggung,bukan beban berat. Suaminya sekarang mengurus rumah tangga. Suaminyapun tidak meras malu. Itu semua kehidupan yang harus dijalani.
            Hal baru dan mengharukan,anaknya Cholis sekarang yang membiaya adik terakhirnya(Ayus). Ketika Cholis berbicara pad ibunya, umi merasa sangat dibanggakan. Umi sangat berterima kasih pada anaknya. Walau umi hanya lulusan SMA. Tetapi ia dapat mendidik dengan penuh keberhasilan.
            Yang terpenting dalam hidup di tengah masyarakat adalah  berbagi. Apa yang mampu dan bisa kita bagi bantulahsesama. Jangan malu dengan kondisi orang tua. “Saya bersyukur anak saya tidak pernah malu. Meski keadaan dan memang pekerjaan ini yang membuahkan hasil.”

            “Saya heran dang sangat bangga punya umi yang tangguh.” Jelas Cholis. Umi menjadi inspirasi anak-anaknya. Umi memang pekerja keras tetapi selalu saying dengan keluargnya. Sebagai anak jangan menyerah. Jika tak ada biaya untuk sekolah atau kuliah. Masih banyak jalan kalau kita mau berusaha. Tuhan juga sudah memberi kemampuan yang lebih. Kelolalah itu dan jadi modal untuk keberhasilan.



0 komentar:

Posting Komentar